Obat Covid-19 Unair : Menunggu Pengakuan
Universitas Ailangga Surabaya, salah satu Universitas di dunia yang berjuang untuk menemukan obat Covid-19 bekerjasama dengan TNI Angkatan Darat dan BIN (Badan Interlijen Negara). Kerja keras tim peneliti membuahkan hasil. Karena kondisinya darurat tim peneliti Unair berpikir cepat untuk segera menemukan obat yang lagi dibutuhkan masyarakat seluruh dunia, dengan mengkombinasikan obat-obat yang sudah beredar dipasaran, yang sudah bertahun-tahun dipakai dan aman.
Penemuan kombinasi berbagai obat yang telah ditemukan oleh tim peneliti, kemudian di uji coba yang istilah medisnya uji klinis untuk mengetahui efektivitasnya obat tersebut. Uji klinis tersebut juga melibatkan Angkatan Darat dan Bin juga BPOM, hasil Uji klinisnya sangat menggembirakan, hasilnya sangat efektif untuk mengobati orang yang terkena virus Covid-19.
Permasalahan kemudian muncul, BPOM tidak dengan segera memberikan ijin edar terhadap hasil riset anak bangsa sendiri. Harapan besar masyarakat yang sudah sejak lama menunggu, hilang sudah, karena alasan BPOM tidak dengan segera memberi ijin edar karena menurut anggota Komite Nasional Penilaian obat BPOM Anwar Santoso, untuk pemantauan obat BPOM mengacu pada standar regulator Food and Drug Administration dari Amerika Serikat dan European Medicines Agency dari Eropa. Bahkan lanjut Anwar, sebelum ada lampu hijau dari dua lembaga itu, agar periset, termasuk universitas tidak mengumumkan hasilnya kepada masyarakat. ( JP 19 Agustus 2020).
Dipandang dari sudut orang awam, ini aneh sekali. Putra putri bangsa yang sudah berjibaku dengan dengan semangat tinggi untuk kepentingan bangsa dan negara, "dihabisi" dengan mudah karena dua lembaga dari Amerika dan dari Eropa tersebut belum melakukan review. Lantas kapan mereka akan melakukan review? Pasti belum jelas waktunya. Apakah para pemegang kekuasaan khususnya BPOM tidak paham bahwa ini kondisinya darurat, masyarakat luas butuh ketenangan. Mereka tidak menyadari bahwa masyarakat saat ini sedang panik, cemas, menunggu hadirnya obat dan vaksin, tapi mereka yang punya kekuasaan justru memutus harapan besar bahwa bangsa Indonesia saat ini ingin mandiri.
Padahal kita semua sudah paham, Unair menggandeng Angkatan Darat dan Bin untuk melakukan penelitian agar hasil penelitian tidak dipandang sebelah mata oleh pihak pihak tertentu, karena kredibilitas Angkatan Darat dan Bin sudah tidak diragukan lagi di Indonesia. Namun demikian, penemuan yang sangat berharga itu belum mampu membuat bangsa Indonesia tersenyum ditengah kepanikan menghadapi pendemi Covid-19 ini.
Dapat kita simpulkan dengan amat sederhana, jika selama ini kita rakyat Indonesia menuntut kemandirian, ternyata ada pihak tertentu entah kepentingannya apa justru menginginkan bangsa ini tidak pernah bisa mandiri. Mereka kelompok yang tidak ingin bangsa ini mandiri selalu saja mengunggulkan produk asing, sehingga bangsa ini selalu dan selalu tergantung dengan asing. Belum bisa kita mandiri bukan karena kita tidak mampu, tetapi ada pihak pihak yang memang ingin kita tidak bisa mandiri.