-->

Belajar ke Shenzhen China (1)

Begitu resign dari sebuah perusahaan swasta di Rungkut Surabaya, saya sedikit kebingungan mau melakukan apa? Mau melamar mencari kerja rasanya sudah tidak tertarik, sudah bosan ikut orang terus. Sejak lulus kuliah tahun 1991 saya sudah bekerja di lima perusahaan yang berbeda bidang industrinya. Oleh karena itu saya sudah merasa cukup untuk berusaha sendiri. Tapi apa?

Berhari-hari saya mencari ide bisnis yang mungkin bisa saya jalani. Tetapi dipikiran saya yang paling kuat adalah untuk membuat element heater seperti perusahaan tempat saya terakhir bekerja. Diperusahaan tersebut saya bagian sales, dari produk element heater, saya sudah terbukti mampu memasarkan, saya mengenal produk element heater dengan baik, sehingga tidak perlu belajar dari nol untuk menguasai produknya. Sayangnya saya bukan bagian produksi yang mampu membuat element heater sendiri, sehingga secara teknis saya tidak menguasai. Tapi saya setidaknya memiliki bekal dibandingkan jika saya harus memilih bidang lain selain element heater.
Saya tidak patah arang, saya coba searching di internet di mana saya bisa belajar membuat element heater secara mendalam secara teknis.  Saya temukan sebuah perusahaan berinisial TC di kota Shenzhen masuk provinsi Guandong, letaknya dibagian tenggara negeri tirai bambu China dan berdekatan dengan Hongkong. Saya mencoba mengirim email dengan bahasa inggris sebisa-bisanya. Saya sampaikan jika saya ingin belajar membuat element heater dan mohon bantuan untuk tidak dikenakan biaya karena saya lagi ingin merintis usaha sehingga tidak cukup banyak uang jika harus membayar.
Tidak saya duga, dua hari kemudian saya dapat email dari Judy Peng, staf marketing dari TC yang intinya mengijinkan saya belajar ke perusahaannya dengan biaya hidup di China ditanggung sendiri. Judy juga menggatakan bahwa perusahaannya akan mengikuti pameran besar-besaran di Guangzho pada akhir bulan dan saya dipersilahkan untuk datang. Saya merasa berbung-bunga, dan masih ada waktu 25 hari untuk mempersiapkan diri berangkat ke China.
Hari – hari sesudah menerima email dari Judy Peng, yang saya lihat fotonya begitu cantik. Saya sering berkomunikasi dengan Judy melalu YM. Saya menanyakan bagaimana saya nanti tinggal di Shenzhen dalam waktu yang lama, bagaimana makannya, bagaimana transportasi dari saya tinggal ke perusahaan TC dan banyak hal yang saya tanyakan ke Judy. Dengan sangat akrab Judy membalasnya bahwa semuanya sangat mudah. Tidak ada yang sulit di China. Sampai berapa uang yang harus saya bawa semua saya tanyakan ke Judy tanpa malu-malu, dan Judy menjawabnya dengan senang hati.
Pameran yang dikatakan Judy akan diselenggarakan akhir bulan februari itu ternyata juga diberitakan di Jawa Pos, saya baca dengan seksama untuk menambah bekal, jika nanti jadi berangkat ke China. Saya baca di Jawa Pos jika SPG atau petugas pameran di China, selama ini tidak mendapat ongkos dari stan yang di jaganya. Cukup dapat imbalan makan siang. Saya tidak percaya, dan nanti akan saya tanyakan begitu saya jadi melihat pameran di China.
Suatu waktu di siang hari saya mendarat di Bandara Baiyun, Guangzhou, Guangdong, China setelah melakukan penerbangan 6 jam lebih dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta. Semula saya sempat grogi dan was was karena belum pernah pergi ke China sama sekali. Sampai di bandara begitu selesai pemeriksaan imigrasi saya mencari taksi menuju tempat pameran di Pazhou Complex. Sesampai di Pazhou saya benar-benar terkesima dengan besarnya tempat pameran. Menurut data yang saya dapat luas arena pameran mencapai 380.000 M2. Didalam gedung disediakan kendaraan gratis  jika pengunjung pameran tidak mau berjalan kaki untuk pindah dari kelompok pameran yang satu dengan yang lain. Design gedungnya super mewah dan benar-benar representatif untuk menjadikan ajang pameran yang didatangi pengunjung dari seluruh dunia.
Suasana pameran sangat ramai, jutaan pengunjung yang datang dari seluruh dunia selalu berjubel mengunjungi ribuan stan dengan beragam produk selama pameran berlangsung. Banyak souvenir diberikan oleh stan pameran hanya dengan menukar kartu nama. Bagi yang lupa membawa kartu nama bisa memesan kartu nama di luar gedung dengan sangat murah dan hanya butuh waktu beberapa menit saja. Peserta pameran nampak mempersiapkan dengan cukup matang, stan-stannya tertata dengan sangat menarik sehingga memancing pengunjung untuk mampir. Banyak mesin dedemokan di stan-stan yang menjual mesin. Termasuk mesin-mesin element heater, saya sangat kagum dan belum pernah melihatnya di Indonesia.
Setelah tanya ke bagian informasi atas alamat stan TC yang diberikan Judy Peng, saya dengan sangat mudah dapat menemukannya. Judy nampaknya sudah menunggu dan sangat ramah begitu saya jabat tangannya. Benar, Judy Peng sangat cantik. Rambutnya sebahu dan bergelombang, kaca mata kecilnya membuat Judy nampak semakin cantik dan anggun. Umur Judy kira-kira 30 sampai dengan 33 tahunan dengan tinggi yang sedang.
Kemudian saya dikenalkan dengan pimpinannya yang juga sangat ramah. Sesudah basa-basi dengan Judy dan temen-temennya, Judy mempersilahkan saya untuk keliling melihat pameran dan memberitahunya jika nanti malam sehabis pameran tutup langsung pergi ke Shenzhen. Koper saya diminta Judy untuk disimpannya sehingga saya keliling pameran dengan sangat enjoy karena sudah tidak lagi menenteng koper.
Sampai menjelang sore di dalam gedung pameran saya belum merasa lapar, padahal makan terakhir di dalam pesawat. Saya hanya membeli minuman dingin didalam gedung pameran. Begitu antusiasnya saya melihat kecanggihan mesin-mesin modern, tak terasa sudah lebih dua jam saya di dalam gedung, dan saya tidak mau naik mobil yang disediakan, lebih enak jalan kaki sambil melihat sana sini yang semuanya mengagumkan. Saya berhenti sangat lama di stan yang menjual mesin-mesin pembuat element heater. Canggih dan juga mahal. Saya membandingkan dengan bagaimana element heater di produksi di Indonesia dengan cara manual. Sedangkan di China sudah menggunakan peralatan super modern. Semua terukur dengan sangat presisi, sehingga tentu saja akan menghasilkan produk yang benar-benar berstanart Internasional.
Setengah jam menjelang pameran tutup, yang artinya saya sudah lebih lima jam didalam pameran, dengan segebok brosuk yang saya dapat dari berbagai stan, saya menuju stan TC menemui Judy Peng. Saat yang tepat karena Judy juga sudah bersiap siap untuk kembali ke Shenzhen. Sesudah berpamitan dengan beberapa teman Judy yang menjaga stan, kami bertiga, saya Judy dan temannya keluar gedung menuju tempat parkir. Suana diluar gedung sangat terang dan ramai. Lampu mercuri parkiran sangat banyak nyaris seperti siang hari. Saya teringat suana di sekitaran Masjidil Haram Mekah, yang hampir tidak ada bedanya antara siang dan malam karena saking banyaknya lampu disana sini.
Sepanjang perjalanan kami ngobrol ringan-ringa saja. Teman Judy mengemudi dengan sangat baik, tidak ngebut, dan cara mengemudikannya cukup santun tidak main serobot sebagaimana seringnya saling srobot jika kita melewati jalan Ahmad Yani Surabaya. Lagu mandarin yang enak sekali menemani kami bertiga sepanjang perjalanan. Tak lupa saya menanyakan ke Judy apa betul jika SPG penjaga stan memang tidak dibayar sama sekali. Judy membenarkan bahwa mereka adalah para mahasiswa yang memang di persiapkan untuk membantu pameran. Universitas di Guangzhou mendukung penuh adanya pameran industri dengan mengirimkan mahasiswanya untuk membantu menjaga stan atau menjadi panitia penyelenggara pameran.
Menjelang pukul sepuluh malam waktu Guandong, Judy memberitahu jika sudah memasuki wilayah kota Shenzhen. Judy menawarkan makan malam, saya berusaha menolak, dengan alasan nanti makan di hotel saja. Tetapi Judy dan temannya memaksa sambil menanyakan apa yang tidak boleh dimakan sebagai seorang muslim. Judy memang tahu saya seorang muslim, karena waktu belum berangkat, ketika chating dengan Judy melalui YM saya menanyakan sebagai muslim apa tidak kesulitan mencari makan di China. Judy menjawabnya tidak, banyak restoran muslim di China juga.
Begitu sudah duduk di meja makan, seorang pelayan datang dengan membawa brosur yang berisi daftar menu. Judy bercakap – cakap dengan pelayanan restoran menggunakan bahasa mandarin yang saya tidak tahu artinya. Pelayan itu tidak jadi memberikan brosurnya kepada saya, tapi langsung pergi meninggalkan meja kami. Tak lama kemudian seorang pelayan datang dengan membawa tiga botol minuman dingin. Kami bertiga segera meminumnya.
Kurang lebih kami menunggu 15 menit, seorang pelayan datang membawa bermacam-macam makanan. Ada cah kangkung, ada telor rebus yang dimasak dalam satu baki kecil saya tidak tahu namanya. Ada ayam goreng, dan ada beberapa menu makanan yang saya tidak tahu namanya. Judy menjelaskan kepada saya bahwa semua makanan ini tidak dimasak menggunakan minyak babi, melainkan menggunakan minyak kacang. Saya percaya saja dengan Judy dan berusaha menikmati apa yang ada di meja makan. Meskipun, jujur, saya kurang cocok dengan makanan yang dipesan Judy, mungkin lidah jawa saya lagi berontak.
Kota Shenzhen sangat besar, mungkin lebih besar dari Surabaya, itu saya ketahui karena sehabis dari restoran Judy membawa saya untuk berputar-putar kota Shenzhen. Meskipun sudah menjelang tengah malam, Shenzhen masih sangat ramai. Saya perhatikan, banyak toko handphone sangat besar dan ramai pengunjung. Dalam hati, suatu waktu saya akan keliling kota Shenzhen sendiri dan akan mampir ke toko-toko handphone, saya penasaran sekali.
Menjelang pukul 12 malam, Judy mengantar saya ke hotel dan setelah berbasa-basi sejenak dengan petugas hotel, mungkin menjelaskan tentang kedatangan saya, Judy pamit untuk pulang, dan mengatakannya besuk pagi sekitar pukul 9 akan ada mobil yang menjemput saya untuk mulai belajar membuat element heater ke pabriknya TC di pinggiran kota Shenzhen yang memang merupakan kawasan industri. Sayapun segera menuju kamar hotel, kemudian mandi, kemudian sholat, kemudian menelphone kerumah di Sidoarjo, dan tak lama kemudian terlelap. (BERSAMBUNG)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel