Ide Besar Mendikbud Muhadjir Effendy
>> Oleh : Giyanto <<
Saya pernah dekat dengan mendikbud Muhadjir Effendy 25 tahunan yang lalu saat beliau masih menjabat PR 3 Univeristas Muhammadiyah Malang. Saya menjadi wartawan koran Bestari yang beliau asuh selama 3 tahunan. Dari yang saya kenal Prof. Muhadjir selalu memiliki ide dan wawasan kedepan yang kadang sulit dipahami dan baru belakangan menyadari bahwa ide Prof Muhadjir sangat brilian.
Sekarang kita fokus ke ide Prof. Muhadjir selaku mendikbud baru menggantikan Anies Bawesdan. Gagasan Prof. Muhadjir adalah co-ekstrakurikuler yang lantas diterjemahkan secara mentah oleh banyak pihak sebagai pembelajaran di sekolah dengan konsep full day school. Lantas banyak pihak menganalisa kesiapan siswa, guru, dan sekolah jika konsep full day schol benar-benar diterapkan diseluruh Indonesia. Dari berbagai media, banyak yang menolak, atau memintanya untuk mengkaji lebih mendalam.
Lantas seperti apa kira-kira yang dimaui oleh Prof. Muhadjir? Saya berpikiran positif jika masih banyak hal dalam ide mendikbud tersebut yang belum mampu terdistribusi dengan baik sehingga banyak pihak yang langsung menghakimi bahwa sekolah dengan konsep full day school seolah-olah begitu sangat menakutkan yang dibungkus dengan argumentasi ketidaksiapan baik sarana maupun prasarananya.
Sebenarnya, ide mendikbud adalah ingin menjawab tantangan masa depan yang semakin komplek didalam mendidik anak usia sekolah. Jika dulu hanya ada dua area, yaitu area sekolah dan area keluarga. Dimana disaat jam sekolah menjadi tanggungan sekolah didalam membentuk karekter anak, sementara diluar jam sekolah menjadi tanggungjawab keluarga.
Tetapi di era milineum ini tidak sesederhana itu dalam membentuk karakter anak. Ada area lain yang disebut pergaulan antar teman yang waktunya diluar jam sekolah tetapi kegiatannya diluar rumah. Guru dan orang tua tidak mampu menjangkau area yang baru tersebut. Padahal yang namanya pergaulan berperan dominan saat ini dibandingkan dengan peran guru disekolah dan orang tua dirumah.
Mendikbud Prof. Muhadjir sangat paham itu semua, pengalamannya sejak muda bergelut dengan dunia pendidikan menjadikannya peka terhadap fenomena yang terjadi saat ini. Bahwa pergaulan anak-anak diluar sekolah dan diluar rumah sudah saatnya areanya dipersempit agar anak-anak selalu dalam pengawasan yang benar didalam pergaulannya. Darurat narkoba adalah salah satu hal yang membuat keprihatinan kita semua semakin dalam karena lepasnya anak-anak dari pengawasan baik orang tua dirumah maupun guru di sekolah akibat pergaulan diluar.
Kesiapan Sekolah
Banyak sekolah yang sudah berteriak menyatakan ketidaksiapannya dengan alasan yang bermacam-macam. Bahkan SDN di Jakarta saja tak sanggup dengan alasan masih ada beberapa sekolah yang satu area sekolah ditempati dua sekolah yang masuknya bergantian pagi dan siang, contohnya SDN Grogol Utara 03 dan SDN Grogol Utara 04. ( JP 10 Agustus 2016). Dan seribu alasan yang lain untuk menolak ide mendikbud yang baru meskipun belum dipahami secara mendalam ide mendikbud tersebut.
Banyaknya masalah yang masih harus diselesaikan lebih dahulu didunia pendidikan kita memang memperkuat alasan bahwa ide mendikbud tersebut kurang realistis dan masuk akal. Bahwa melihat dunia pendidikan di Indonesia tidak hanya bisa melihat di pulau jawa saja, terutama di kota-kota besar. Lebih jauh dari itu banyak sekolah diluar jawa yang sangat memprihatinkan kondisinya.
Di SDN Lamida Atas, Desa Peringin, Balangan, Kalimantan selatan hanya menyisakan seorang siswa, yang mana siswa dari sekolah tersebut habis karena terdampak proyek tambang batu bara. Di Jawa Barat saja ada gedung sekolah yang roboh karena kurangnya perhatian pemerintah, tepatnya gedung SDN 2 Dunguswiru di Kecamatan Balubur Limbangan, Kabupaten Garut. ( JP 10 Agustus 2016).
Pada sisi yang lain, orang tua dan anak jika tidak memahami ide besar Mendikbud akan beranggapan bahwa sekolah dengan konsep full-day tersebut semakin memberatkan saja. Anak menjadi kurang bermain, kurang beristirahat, kurang bersosialisasi dengan lingkungan dan lain sebagainya. Sementara dari sisi guru memerlukan adaptasi yang lebih karena menyangkut kesiapannya berada disekolah sampai sore hari (17.00) sehingga sangat mungkin sampai rumahnya sudah malam hari.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa gagasan besar Mendikbud tersebut jika dilihat secara nalar dan logika sederhana banyak pihak yang belum merasa siap. Dan itu entah sampai kapan untuk menjadi siap.
Mendikbud Prof. Muhadjir tentu saja mengerti dan memahami itu semua, beliau sebagai tokoh pendidikan sudah puluhan tahun melihat bobroknya system pendidikan di Indonesia, sehingga perlu dilakukan terobosan yang berani, nyata dan terukur. Mendikbud menyadari betul bahwa kondisi pendidikan di Indonesia masih kalah jauh dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia, sehingga memerlukan strategi khusus untuk mengejar ketertinggalan tersebut.
Konsep sekolah “full-day” yang digagas mendikbud bukan berarti pagi sampai sore dikelas untuk menyerap pelajaran dari guru, sehingga nampak membosankan dan memberatkan siswa. Mendikbud ingin pelajaran itu tidak hanya didalam kelas, bisa diluar kelas tetapi tetap dilingkungan sekolah. Pelajaran kesehatan, pelajaran agama, pelajaran kebangsaan bisa dilakukan diluar kelas dengan santai sebagaimana anak-anak bermain. Sehingga tidak melelahkan dan membosankan.
Perlu Persiapan
Mendikbud menangkap kecemasan orang tua selama ini terhadap putra-putrinya yang kebanyakan berada diluar tanpa dapat dikontrol. Pergaulan bebas, minuman keras, narkotika sudah banyak meracuni anak-anak sekarang ini. Dengan lebih banyak anak-anak berada di sekolah, dengan konsep pembelajaran yang tidak membosankan siswa diharapkan ruang gerak anak-anak yang tidak terkontrol menjadi sempit.
Pulang sekolah pukul 17.00 anak-anak sudah merasa cukup diluar rumah, sehingga bisa bersantai dirumah bersama keluarga. Selama ini karena pulang sekolahnya masih siang, banyak waktu yang tersisa antara anak dan orang tuanya yang sibuk bekerja, membuat anak-anak memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bermain diluar tanpa ada pengawasan sama sekali.
Ide besar mendikbud tersebut tentu saja untuk dapat dilaksanakan dengan baik perlu bebarapa catatan penting, diantaranya :
Pertama, mensosialisasikan secara lebih jelas dan kongkrit bahwa konsep “full day school” nya bukan berarti anak-anak dijejali pelajaran penuh mulai pagi sampai dengan sore hari. Akan tetapi anak-anak diajak bermain dan belajar dengan cara yang mampu membuat anak betah tinggal di sekolah.
Kedua, pemerintah harus menyiapkan guru dengan memberikan pelatihan agar guru benar-benar mampu menciptakan suasana belajar dengan model bermain yang dapat diterima oleh siswa.
Ketiga, pemerintah harus mampu merevisi kurikulum yang sudah ada untuk menyesuaikan dengan sekolah berkonsep “full day school” yang tidak memberatkan siswa dan guru.
Keempat, pemerintah harus segera memperbaiki sarana dan prasarana yang belum memadai, sehingga mampu membuat siswa lebih krasan berada di sekolah. Karena tanpa sarana dan prasarana yang memadai akan membuat anak-anak menjadi cepat bosan berada di sekolah sampai dengan sore hari.
Kelima, penerapannya harus bertahap, tergantung kesiapan masing-masing sekolah dan daerah dimana lokasi sekolah tersebut berada. Karena berkaitan dengan banyak aspek, misalnya transportasi pulang dan menuju sekolah.
Setidaknya dari kelima catatan diatas apabila dapat dipenuhi oleh pemerintah, ide besar Mendikbud dapat dilaksanakan dengan harapan generasi muda bangsa ini menjadi generasi yang unggul. Memang untuk mendapatkan pencapaian yang besar diperlukan ide besar yang penerapannyapun juga memerlukan upaya yang besar pula.