-->

Belajar ke Shenzhen China (3)

(Edisi : Diajak ke Mall Hp terbesar di Shenzhen)
Meski sudah cukup lama berselang antara tulisan ke 2 dan 3 karena sudah kadung janji, akan saya penuhi janji untuk melanjutkan tulisan "Belajar membuat hearter ke Shenzhen" sampai dengan selesai.
Dihotel yang baru tempati, meski kecil, tempatnya sangat nyaman. Sama pihak hotel disediakan teh manis panas satu gelas, dan kata petugasnya jika kurang boleh nambah lagi. Ketika saya ditawari makan pagi saya menolak, saya memilih masak Mie instan didalam kamar dengan menggunakan element heater yang disediakan oleh pihak hotel. Makan satu bungkus mie instan dan satu telur rebus sudah cukup rasanya untuk mengisi perut dipagi hari. Kegiatan di pagi hari selama dihotel adalah YM an sama keluarga dirumah dan teman-teman di Indonesia. Sesekali baca email yang waktu itu saya masih menggunkan email yahoo. Internet di China cukup kencang dan stabil. Jadi cukup menyenangkan berselancar didunia maya selama di China.
Hari kedua saya belajar di TC, dah lebih nyaman dihati, dah banyak yang kenal dengan teman-teman teknik disana. Saya datang paling awal, saya ngobrol sebentar dengan petugas scurity dengan bahasa seadanya. Saya minta ijin untuk melihat-lihat sekitaran pabrik banyak barang yang sudah siap dikirim ke customer. Petugas scurity dengan ramah mengijinkan. Saya keliling sekitaran pabrik, banyak barang yang sudah dikemas dan akan dikirim ke berbagai negara, termasuk ada yang dikirim ke Jakarta sesuai yang tertera di alamat tujuan. Segera saya potret alamat yang tujuan Jakarta itu siapa tahu ketika sudah pulang ke Indonesia bisa diajak kerjasama.
Setelah jam kantor buka, hampir semua karyawan sudah masuk. Saya segera menemui Judy Peng untuk melapor. Judy mempersilahkan saya untuk belajar apa hari ini. Dan Judy mengatakan  hari-hari berikutnya jika tidak ada sesuatu yang perlu dibicarakan bisa langsung ke Workshop tidak perlu melapor ke dirinya. Saya dengan senang hati langsung setuju dan mohon pamit untuk turun menuju workshop menemui Mr. Oei. Menggunakan lift tak butuh waktu lebih dari 5 menit untuk sampai di ruangan Mr. Oei. Melihat saya datang Mr. Oei menyambutnya dengan ramah, saya dipersilahkan masuk keruangannya. Setelah menanyakan kabar saya sebentar, sekedar basa-basi, Mr. Oei mempersilahkan saya untuk menentukan sendiri apa yang harus dipelajari. Mr. Oei juga sudah memberitahu semua staffnya untuk membantu apa yang ingin saya pelajari. Dengan senang hati saya langsung pamit ke Mr. Oei untuk menuju ke site-site yang tidak terlalu jauh dari ruangan Mr. Oei.
Pikiran saya tertuju pada mesin yang dioperasikan tersendiri disebuah ruangan kaca. Mesinnya bersih dan hanya ditunggui oleh dua orang operator. Saya ketuk pintu kacanya dan saya minta ijin untuk mengikuti proses kerjanya. Dua orang operator itu dengan ramah mempersilahkan saya masuk dengan menyalaminya terlebih dahulu. Saya perkenalkan diri dan maksud tujuan saya untuk belajar membuat heater secara detail dan jika sudah bisa mau membuat heater di Indonesia. Saya ketahui yang tinggi agak kurus namanya Yang, dan yang tinggi tapi agak gemuk panggilannya Jack. Yang kemudian mengambilkan saya sebotol air mineral dan mempersilahkan untuk mengikuti prorses kerjanya.
Seharian penuh saya diruangan Yang dan Jack. Terhenti saat istirahat makan siang saja. Saat makan siang saya tidak makan nasi, tapi beli roti ditoko yang tidak jauh dari perusahaan TC. Makan dua roti kecil, sejenis roti pia kalau di Indonesia dan minum satu botol kecil Pocari sudah cukup untuk saya. Habis makan saya bilang ke Jack untuk numpang sholat. Jack lalu mengajak saya kesebuah ruangan yang bersih, bagus dan disitu ada kamar mandinya juga. Jack mempersilahkan saya untuk sholat disitu, dan Jack juga mengatakan untuk selanjutnya kalau sholat silahkan langsung diruangan itu saja. Saya tidak tahu untuk apa sebenarnya peruntukan ruangan yang tidak terlalu besar itu dibiarkan kosong dan bersih. Apa yang kira-kira tempat sholat jika ada tamu muslim yang datang. Saya diam saja, tidak juga bertanya kepada Jack.
Habis sholat saya kembali keruangan Yang dan Jack. Mereka berdua sudah siap memulai bekerja lagi. Kemudian saya nimbrung. Jack kembali menerangkan pentingnya penghitungan niklin secara presisi. Dengan menggunakan mesin yang sudah digitital, dioperasikan berdasarkan perintah yang sudah disetting dilayar monitor akan menghasilkan kumparan niklin yang presisi. Kumparan niklin yang presisi adalah satu indikator jika hasil heater yang dibuat nanti juga akan presisi. Saya dalam hati hanya mbatin, makanya heater-heater produk import itu hasil tesnya semua presisi. Misalnya satu heater nilai R-nya 22 Ohm, heater-heater yang lain misalnya jumlah pesanannya 100 biji semuanya R-nya sama 22 Ohm. Ini yang membedakan dengan heater produksi Indonesia, menerima pesanan heater jumlahnya 50 pcs misalnya, nilai Ohmnya bisa bervariasi, ada yang lebih, ada yang pas dan tidak sedikit yang kurang. Alasan klasiknya, karena masih dalam batas toleransi produk itu tetap saja dikirim ke customer.
Habis sholat Asyar, diruangan Jack dan Yang saya lihat dari luar ruangan ada seorang wanita berambut panjang kelihatan cantik sekali dan sedang berbincang dengan Yang. Setelah saya ketok pintu, saya masuk dan wanita cantik itu ternyata staffnya Judy yang kemarin memberitahu adanya hotel dekat perusahaan. Wanita cantik itu namanya, Fang. Ternyata Fang ditugaskan Judy untuk menanyaiku apakah nanti sore sepulang kerja teman-teman admin pada mau jalan-jalan ke Mall Ponsel saya mau ikut. Wuih... ini tawaran yang sangat menggiurkan. Sayapun mengiyakan untuk ikut, dan Fang bergegas meninggalkan ruangan Jack dan Yang.
Begitu sirine perusahaan berbunyi, pertanda tepat pukul 5 sore saya bergegas kekamar mandi untuk membersihkan diri dan ganti baju diruang ganti yang tidak jauh dari kamar mandi. Tak sampai 10 menit aku sudah menunggu di halaman parkir dekat kantor scurity dimana tadi Fang memberitahuku untuk menunggu di situ. Saya lihat keluar ruangan, Judy, Fang dan tiga orang temannya yang semuanya perempuan. Di dalam Mobil ternyata hanya saya yang laki-laki, Judy yang nyetir, saya agak kikuk sebenarnya. Tap saya mencoba bersikap cuek. Mereka banyak ngobrol menggunakan bahasa mandarin yang saya sama sekali tidak mengerti. Dalam hati, mungkin mereka membicarakan saya. Bah bah lah, pikirku.
Tak lebih dari 15 belas manit mobil yang kami tumpangi sudah sampai di Mall yang sungguh luar biasa besarnya. Kira-kira sebesar TP kalau di Surabaya. Begitu kagetnya saya ketika Judy mengatakan bahwa di Mall itu semuanya hanya jualan handphone dan assesorisnya. Kata Judy Mall itu adalah Mall terbesar Handphone yang ada di kota Shenzhen. Saya tidak tahu nama Mall itu karena tulisan besarnya menggunakan bahasa China.
Sesampai didalam Mall, Judy yang sore itu kelihatan sangat cantik, meggunakan kaos warna putih tulang lengan pendek dan celana hitam nampak anggun sekali, nampaknya Judy paham betul bahwa saya butuh pemandu untuk membahami mall yang begitu besar. Judy berjalan dekat denganku terus, sementara temen-temen yang lainnya yang kebanyakan masih berumur 25 tahunan itu bergerombol melihat-lihat banyak model handphone yang dipasang di etalase. Kata Judy hampir semingu sekali dengan teman-teman selalu mengujungi mall itu. Tidak pernah beli, hanya sekedar lihat-lihat saja. Hati saya menjadi adem karena tidak harus beli, saya harus berpikir sehemat mungkin selama di Shenzhen karena belum tahu sampai kapan di Shenzhen.
Ada banyak type Handphone yang tidak saya kenal, saya juga sebagaimana Judy, hanya melihat-lihat saja. Dalam hati kepingin juga sih.... Lalu saya mencoba melihat agak serius sebuah handphone Blackberry warna hitam yang nampak mewah sekali. Saya pegang Handphone itu dan saya tanyakan berapa harga ke penjualnya, ternyata harganya tidak sapai 1000 Yuan. Waktu itu nilai Yuan sekitar Rp. 2000,-. Kok murah banget ya?? Kemudian Judy berbisik ke saya untuk bertanya kepenjualnya apa handphone itu asli dari RIM pemilik merk asli Blackberry. Ternyata penjualnya menjawab dengan "copy" artinya tiruan alias bukan asli produk dari RIM.
Kami berenam cukup lama muter-muter ke mall handphone yang sangat besar itu, tapi diantara kami tidak ada yang membeli hanphone, hanya Judy yang membeli assoreris hp yang ditempelkan dibelakang hp dan menyala jika hp digunakan. Judy membeli enam biji dan dibagikan satu satu termasuk saya. Saya pun senang sekali dengan mengucap banyak terima kasih ke Judy. Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 7 malam, temen-temen menganggap jalan-jalan dah capek dan mengajaknya pulang. Judy melirik ke saya dan saya mengangguk setuju untuk pulang. Sebelum keluar Mall Judy mengajak kami semua mampir kesebuah kedai minuman dan kami semua memesan Juice. BERSAMBUNG.
Giyanto

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel