Kegesitan
Gesit dalam KBBI artinya giat, cekatan. Belakangana ini dalam dunia bisnis kata Gesit (Kegesitan) menjadi sangat populer karena menyangkut keberhasilan suatu perusahaan didalam melakukan operasional sehar-harinya. Perusahaan rintisan, yang belakangan banyak disorot memiliki tingkat kegesitan yang tinggi sehingga untuk mencapai keberhasilan hanya butuh waktu lima tahun, bahkan ada yang cukup dua tahun sudah mencapai puncak kesuksennya sebagaimana perusahaan besar yang dirintis puluhan tahun, bahkan ada yang sampai ratusan tahun. Coca-cola salah satu pemegang merek dalam rangking 10 besar sampai dengan sekarang sudah beroperasi lebih dari 100 tahun. Merupakan umur yang cukup matang untuk suatu perusahaan besar dan mapan seperti yang kita lihat sekarang ini.
Pertanyaan klasik, mengapa Blackberry tumbang, mengapa Kodak tumbang, mengapa Nokia tumbang, dan masih banyak lagi perusahaan besar yang pernah jaya rontok ditengah perubahan yang semakin dinamis. Pertanyaan berikutnya, bagaimana bisa perusahaan yang sangat inovatif bisa ambruk sedahsyat itu? Bagaimana bisa pemegang merek dengan nilai miliaran dolar, lalu dalam sekejap menjadi tidak relevan?
Kodak yang didirikan pada 1892, merek yang sudah tersohor didunia manapun dalam jangka waktu yang lama, tiba-taba harus mengakhiri produknya karena dihantam oleh produk digital yang lebih berkualitas. Kodak gagal melakukan perubahan, atau lebih tepatnya Kodak lambat melakukan perubahan sesuai tuntutan jaman. Benarkah itu yang terjadi, tidak semuanya benar. Buktinya Instagram yang muncul belakangan dengan produk foto atau video seperti core bisnisnya Kodak bisa melejit, lebih-lebih setelah diakuisisi oleh Facebook, istagram berubah dari perusahaan tanpa pendapatan dan tanpa pengguna menjadi merek bernilai miliaran dolar dalam waktu tak sampai dua tahun.
Mengapa Kodak tidak bisa melakuan sebagaiamana istagram, padahal Kodak memiliki segalanya, pengalaman, SDM, teknologi yang sudah berumur lebih dari satu abad. Kodak tidak memiliki kegesitan untuk melihat kesempatan dan bergerak cepat. Kodak disalib oleh perusahaan baru yang tiba-tiba muncul tanpa beban melihat perubahan jaman dengan tindakan yang sesuai, dan berhasil. Dari sini dapat kita lihat yang tidak dimiliki oleh Kodak pemegang merek kondang tersebut adalah kegesitan didalam bertindak untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai jamannya.
Blackberry, anda masih ingat, pemilik merek ponsel paling moncer di tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Kita semua, waktu itu bangga memegang Blackberry, banyak pekerjaan yang dengan mudah bisa dilakukan melalu Blackberry. Surat-surat elektronik lebih mudah dilakukan dan bisa darimana saja melebihi mudahnya menggunakan PC yang harus berdiam disuatu tempat. Dengan Blackberry mobilitas menjadi mudah, bisa menjalankan pekerjaan darimana saja. Ketika sudah duduk dibangku pesawat, menunggu penumpang yang lain masuk, kita masih bisa melakukan pekerjaan dengan membalas email yang masuk melalui Blackberry. Sekarang apa yang terjadi? Blackberry tidak bisa beradaptasi, atau lambat dalam melakukan perubahan. Dimana ponsel baru yang dimotori oleh pendatang baru didunia mobile phone, Apple merubah paradigma, dari inovasi perangkat keras, berubah ke inovasi perangkat lunak, Blackberry tetap saja mengembangkan solusi perubahan dengan perangkat kerasnya.
Mengapa Blackberry tidak melakukan apa yang dilakukan Apple saat itu. Blackberry ceroboh, waktu itu menganggap bahwa Apple adalah pendatang baru yang belum meiliki pengalaman apapun dibidang mobile phone. Apple adalah perusahaan komputer tahu apa tentang ponsel? Musik, aplikasi, kamera mengapa harus ada dalam ponsel? Blackberry tidak mempedulikan itu semua, sebagai pemimpin pasar Blackberry tetap fokus pada produk yang handal dengan keunggulan pada perangkat keras untuk menguasai dunia. Sementara Apple terus berkutat menjadikan dunia dalam satu genggaman, dengan belajar dari produk pertamanya yang tidak begitu memuaskan, memperbaikinya terus dengan mempelajari kekurangan dari produk sebelumnya. Melihat apa yang berhasil dan tidak, dan itu membuat mereka lebih cerdas. Yang tidak disadari oleh banyak orang adalah bahwa proses belajar itu bagian penting dalam mendasain untutk kegesitan. Apple bergerak sangat cepat dan cerdas sebagaimana yang dilakukan oleh perusahaan rintisan.
Lantas, bagaimana cara perusahaan menggunakan desain untuk menciptakan kegesitan. Agar perusahaan yang sudah berumur puluhan tahun bahkan ratusan tahun dan sudah mapan bisa bergerak lincah?
Didunia zaman sekarang perusahaan bukan mendesain untuk masuk musium, melainkan mendasain untuk tumbuh dan tetap relevan. Artinya, sejak awal didesain perusahaan harus mampu bergerak lincah sebagaimana perusahaan rintisan. Bagaimana perusahaan yang sudah mapan gesit melakukan apa saja untuk tetap relevan sesuai dengan perubahan lingkungan yang seringkali sangat kejam.
Salah satu tantangan terbesar untuk perusahaan yang sudah mapan adalah mampu beradaptasi pada lingkungan yang segala sesuatunya berbeda. Bahkan dengan cara yang tidak populer sebelumnya, yaitu perusahaan menggunakan banyak arus umpan balik (feedback loop) untuk belajar. Tanpa umpan balik terus-menerus, perusahaan tidak akan bisa menyesuaikan diri.
Bahan bacaan :
Pertanyaan klasik, mengapa Blackberry tumbang, mengapa Kodak tumbang, mengapa Nokia tumbang, dan masih banyak lagi perusahaan besar yang pernah jaya rontok ditengah perubahan yang semakin dinamis. Pertanyaan berikutnya, bagaimana bisa perusahaan yang sangat inovatif bisa ambruk sedahsyat itu? Bagaimana bisa pemegang merek dengan nilai miliaran dolar, lalu dalam sekejap menjadi tidak relevan?
Kodak yang didirikan pada 1892, merek yang sudah tersohor didunia manapun dalam jangka waktu yang lama, tiba-taba harus mengakhiri produknya karena dihantam oleh produk digital yang lebih berkualitas. Kodak gagal melakukan perubahan, atau lebih tepatnya Kodak lambat melakukan perubahan sesuai tuntutan jaman. Benarkah itu yang terjadi, tidak semuanya benar. Buktinya Instagram yang muncul belakangan dengan produk foto atau video seperti core bisnisnya Kodak bisa melejit, lebih-lebih setelah diakuisisi oleh Facebook, istagram berubah dari perusahaan tanpa pendapatan dan tanpa pengguna menjadi merek bernilai miliaran dolar dalam waktu tak sampai dua tahun.
Mengapa Kodak tidak bisa melakuan sebagaiamana istagram, padahal Kodak memiliki segalanya, pengalaman, SDM, teknologi yang sudah berumur lebih dari satu abad. Kodak tidak memiliki kegesitan untuk melihat kesempatan dan bergerak cepat. Kodak disalib oleh perusahaan baru yang tiba-tiba muncul tanpa beban melihat perubahan jaman dengan tindakan yang sesuai, dan berhasil. Dari sini dapat kita lihat yang tidak dimiliki oleh Kodak pemegang merek kondang tersebut adalah kegesitan didalam bertindak untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai jamannya.
Blackberry, anda masih ingat, pemilik merek ponsel paling moncer di tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Kita semua, waktu itu bangga memegang Blackberry, banyak pekerjaan yang dengan mudah bisa dilakukan melalu Blackberry. Surat-surat elektronik lebih mudah dilakukan dan bisa darimana saja melebihi mudahnya menggunakan PC yang harus berdiam disuatu tempat. Dengan Blackberry mobilitas menjadi mudah, bisa menjalankan pekerjaan darimana saja. Ketika sudah duduk dibangku pesawat, menunggu penumpang yang lain masuk, kita masih bisa melakukan pekerjaan dengan membalas email yang masuk melalui Blackberry. Sekarang apa yang terjadi? Blackberry tidak bisa beradaptasi, atau lambat dalam melakukan perubahan. Dimana ponsel baru yang dimotori oleh pendatang baru didunia mobile phone, Apple merubah paradigma, dari inovasi perangkat keras, berubah ke inovasi perangkat lunak, Blackberry tetap saja mengembangkan solusi perubahan dengan perangkat kerasnya.
Mengapa Blackberry tidak melakukan apa yang dilakukan Apple saat itu. Blackberry ceroboh, waktu itu menganggap bahwa Apple adalah pendatang baru yang belum meiliki pengalaman apapun dibidang mobile phone. Apple adalah perusahaan komputer tahu apa tentang ponsel? Musik, aplikasi, kamera mengapa harus ada dalam ponsel? Blackberry tidak mempedulikan itu semua, sebagai pemimpin pasar Blackberry tetap fokus pada produk yang handal dengan keunggulan pada perangkat keras untuk menguasai dunia. Sementara Apple terus berkutat menjadikan dunia dalam satu genggaman, dengan belajar dari produk pertamanya yang tidak begitu memuaskan, memperbaikinya terus dengan mempelajari kekurangan dari produk sebelumnya. Melihat apa yang berhasil dan tidak, dan itu membuat mereka lebih cerdas. Yang tidak disadari oleh banyak orang adalah bahwa proses belajar itu bagian penting dalam mendasain untutk kegesitan. Apple bergerak sangat cepat dan cerdas sebagaimana yang dilakukan oleh perusahaan rintisan.
Dengan mendesain untuk kegesitan, perusahaan bisa belajar lebih cepat dan menjadi lebih cerdas, yang akan mengurangi resiko terguncang.
Dari beberapa contoh diatas, tergambar dibenak kita, untuk mampu bertahan sebesar apapun perusahaan, tidak bisa lagi menggunakan cara lama diera perubahan sekarang ini. Era dimana kompetisi tidak bisa dilakukan hanya dalam satu faktor saja -seperti perangkat keras- melainkan harus dalam satu kesatuan desain model bisnis yang mampu bergerak lincah dan gesit secara terus menerus melakukan inovasi.Lantas, bagaimana cara perusahaan menggunakan desain untuk menciptakan kegesitan. Agar perusahaan yang sudah berumur puluhan tahun bahkan ratusan tahun dan sudah mapan bisa bergerak lincah?
Didunia zaman sekarang perusahaan bukan mendesain untuk masuk musium, melainkan mendasain untuk tumbuh dan tetap relevan. Artinya, sejak awal didesain perusahaan harus mampu bergerak lincah sebagaimana perusahaan rintisan. Bagaimana perusahaan yang sudah mapan gesit melakukan apa saja untuk tetap relevan sesuai dengan perubahan lingkungan yang seringkali sangat kejam.
Salah satu tantangan terbesar untuk perusahaan yang sudah mapan adalah mampu beradaptasi pada lingkungan yang segala sesuatunya berbeda. Bahkan dengan cara yang tidak populer sebelumnya, yaitu perusahaan menggunakan banyak arus umpan balik (feedback loop) untuk belajar. Tanpa umpan balik terus-menerus, perusahaan tidak akan bisa menyesuaikan diri.
Bahan bacaan :
- Design to Grow; David Buttler & Linda Tischler, April 2016.
- Good to Great: Why Some Companies Make the Leap... and Others Don't; Jim C. Collins; The book was published on October 16, 2001.
- Being Digital; Nicholas Negroponte.; The book was published on January 2, 1995